Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

SATU JENGKAL DI SAMPINGMU #6

Kami sekeluarga berkumpul di meja makan. Saling membicarakan tentang penampilan drumband sekolah kami besok di Alun-alun Kota. Aku yang mengikutinya malah tidak membahasnya. Badan ku terlalu lelah karna gladiresik tadi. Latihan terakhir, dan paling lama daripada latihan-latihan sebelumnya. Tapi perlahan-lahan lelah itu luruh ketika aku melihat banyak makanan kesukaan ku yang tersaji rapi di meja makan. Disaat mereka membicarakan tentang penampilan ku besok, aku lebih memilih menyantap segala hidangan di depan mata yang malah di hiraukan oleh kak Boby, Ayah, dan Bunda.             Perutku sudah sangat kenyang, rasanya aku ingin bermalas-malasan di kamar. Mengingat besok akan menjadi hari yang cukup lelah, walaupun lusa masih ada karnaval Hari Kemerdekaan dan kami semua harus berjalan sejauh 5 km dengan membawa alat drumband masing-masing. Aku tak bisa membayangkan ketika Ray dan Reza harus menanggung beban bass drum dan snar drum masing-masing, berfokus pada lagu-lagu yang diperinta

SATU JENGKAL DI SAMPINGMU #5

Jam istirahat berbunyi. Kali ini aku memutuskan untuk tidak pergi ke kantin bersama teman-teman yang lain. Dengan alasan, sudah sarapan dirumah. Ah, belakangan ini aku sangat sering berbohong. Semenjak Audrey bercerita tentang jadian nya tadi pagi, aku sangat tak bersemangat hari ini. Banyak pertanyaan yang ingin ku lontarkan pada diriku sendiri. Dan kali ini aku harus memilih diantara 2 pilihan. Bangkit atau bertahan. Buat apa bertahan? Toh, aku ini tak pernah dianggap lebih oleh Ray. Dan aku pun takkan mungkin merebut Ray dari Audrey. Cinta milik Audrey lebih besar dari yang ku miliki, Audrey pun sahabat terbaikku. Sudah 3 tahun ini ia menjadi tempat ku bersandar, 3 tahun ini ia menjadi teman sebangku ku. Banyak kisah yang telah kita lewati bersama. Namun, entah mengapa kita tak pernah membicarakan tentang perasaan yang selama ini kita pendam sendiri. Dan pada ujungnya akan melukai sebuah hati. Lebih tepatnya hatiku. Aku termenung di koridor kelas. Menatap ke sekelilingku. Semu

Isyana Sarasvati - Keep Being You

I don't want your money Forget about that honey I just wanna be with you Fancy things won't get me Diamonds, there are plenty But there is only one of you Baby we could be together Nothing but your love forever I can be your lover You can be my lover I won't need nobody but you Just the way that you move Shows me what you can do I don't need you to prove Cause I already knew Give me love, give me love baby I just need your love, need your love baby I don't need you to prove Just keep being you I dont need your flowers Just your hours Baby you have bloomed in my heart So many have tried to But only you do Make me feel like this, yes you Baby we could be together Nothing but your love forever I can be your lover You can be my lover I won't need nobody but you Just the way that you move Shows me what you can do I don't need you to prove Cause I already knew Give me love, give me love baby I just need your love, need your love baby I don't need you to prove

SATU JENGKAL DI SAMPINGMU #4

Pulang sekolah ini aku dan Audrey menuju tempat latihan drumband. Tak terasa sudah 6 pertemuan aku dilatih oleh Bu Wira. Dan tak terasa pula, aku makin dekat dengan Ray, juga Reza. Jujur ingin rasanya aku mengungkapkan rasa ini pada Ray. Tapi aku terlalu takut dan tak memiliki rasa nekad sekalipun. Cinta itu ada resikonya. Berani jatuh cinta, juga berani terluka. Berani meggali lubang, juga harus berani jatuh kedalamnya. Tapi kali ini aku terjebak pada 2 hati yang sama-sama membuatku nyaman. Aku menyukai Ray, tapi Reza juga telah membuatku jatuh hati. Aku membiarkan mereka mengalir, aku membiarkannya hanyut dalam derasnya arus, tak peduli apa yang akan membentur mereka. Dan pada akhirnya, yang terbaiklah yang akan bertahan dan sampai di muara. Aku menunggu yang terbaik, dan aku akan berusaha untuk memperjuangkan yang terbaik.             Aku menunggu Audrey latihan di aula. Kelompok pianika dan bilerra belum keluar dari tadi. Pasti memainkan alat musik itu tak mudah. Maka dari itu,

That's Why - Michael Learns To Rock

Baby want you tell me why  there is sadness in your eyes I don't wanna say goodbye to you Love is one big illusion I should try to forget But there is something left in my head You're the one who set it up Now you're the one to make it stop I'm the one who's feeling lost right now Now you want me to forget every little thing you said But there is something left in my head  CHORUS : I won't forget the way you're kissing The feelings so strong were lasting for so long But I'm not the man your heart is missing That's why you go away I know You were never satisfied no matter how I tried Now you wanna say goodbye to me Love is one big illusion I should try to forget But there is something left in my head REPEAT CHORUS Sitting here all alone in the middle of nowhere Don't know which way to go There is so much to say now between us There ain't so much for you There ain't so much for me

SATU JENGKAL DI SAMPINGMU #3

Hari makin sore, dan kami masih ada disini.             “Baik anak-anak, sebelum kita mengakhiri latihan kita hari ini, mari kita berdoa bersama. Berdoa mulai.” Pelatih drumband yang bernama Kak Rendi itu memimpin doa. Semua kepala menunduk, berdoa dengan penuh nikmat di tengah senja yang mulai terlihat. “Berdoa selesai. Jangan lupa besok latihan lagi ya!” Kak Rendi tersenyum senang.             Aku menunggu kakak ku di depan gerbang. Katanya ia akan menjemputku hari ini. Tapi aku sudah menunggunya selama 30 menit. Ia bahkan belum datang juga. Berulang kali aku melihat ke jam tangan ku. Sudah pukul 4 sore. Aku berusaha meneleponnya tapi tak diangkat. Sampai aku mendengar suara motor yang melaju pelan ke arah ku dan suara itu tiba-tiba menghilang. Aku yakin saat ini motor tersebut ada di belakang ku. Karna penasaran aku menoleh ke arah motor berhenti itu. Bukan main, ternyata Ray. Ia memasang senyum manisnya padaku.             Aku membalas senyum Ray.             “Belum pulan

SATU JENGKAL DI SAMPINGMU #2

-Bass Drum dan Snar Drum- Hidup ini ada banyak pilihan. Kita sebagai pemilih, harus memilih yang terbaik. Dan mereka yang dipilih, harus memperjuangkannya. Bell istirahat berbunyi. Aku, Audrey dan Nirmala memutuskan untuk pergi ke kantin.             Aku mencari-cari tempat duduk yang kosong di kantin ini. Semua meja terlihat sudah di tempati oleh anak-anak kelas VII, VIII, ataupun IX. Mataku melirik kesana kemari, hingga akhirnya aku menemukan satu meja kosong di ujung timur kantin ini. Kami bertiga memutuskan untuk segera menempatinya. Takut ada anak kelas lain yang akan lebih dulu menempati. Layaknya aku, mungkin aku harus mengungkapkan rasa ini kepada Ray. Sebelum nantinya aku menyesal karna Ray berubah pikiran untuk meninggalkanku dan ada di genggaman perempuan lain. Tapi aku takut itu bukan pilihan terbaikku.             Audrey meniup-niup seuntal mie yang ada di sumpit kayunya, disela-sela ia meniup, ia bertanya sesuatu padaku. “Makin hari, kamu makin murung. K

SATU JENGKAL DI SAMPINGMU #1 (my first short story)

SATU JENGKAL DI SAMPINGMU -Cinta datang terlambat- Aku berlari menuju mading sekolah. Hari ini pengumuman peserta Drumband yang terpilih untuk acara Hari Kemerdekaan. Hari yang ku tunggu-tunggu sejak satu bulan yang lalu. Jantung ku berdegub cepat, lebih cepat saat melihat Ray jalan di depanku. Ini harapan besarku, menjadi anggota grup Drumband merupakan impian semua siswa kelas IX. Aku berusaha mengintip hasil pengumuman itu dari banyaknya kerumunan siswa. Ah, beginilah punya badan pendek, usaha paling maksimal hanya menjinjitkan kaki. Pikirku.             Menjadi anggota Drumband memanglah menjadi dambaan semua siswa. Siapa saja yang terpilih, ia akan begitu cepatnya terkenal di lingkungan sekolah. Apalagi saat karnaval, Grup Drumband sekolah kamilah yang menjadi sorot perhatian semua orang yang ada di kota kami. Tapi bukan itu alasan terbesar ku mendambakan Grup Drumband. Ray. Itulah alasan terbesarku mendambakan ini semua. Aku hanya ingin lebih dekat dengan nya, menatap