SATU JENGKAL DI SAMPINGMU #6

Kami sekeluarga berkumpul di meja makan. Saling membicarakan tentang penampilan drumband sekolah kami besok di Alun-alun Kota. Aku yang mengikutinya malah tidak membahasnya. Badan ku terlalu lelah karna gladiresik tadi. Latihan terakhir, dan paling lama daripada latihan-latihan sebelumnya. Tapi perlahan-lahan lelah itu luruh ketika aku melihat banyak makanan kesukaan ku yang tersaji rapi di meja makan. Disaat mereka membicarakan tentang penampilan ku besok, aku lebih memilih menyantap segala hidangan di depan mata yang malah di hiraukan oleh kak Boby, Ayah, dan Bunda.
            Perutku sudah sangat kenyang, rasanya aku ingin bermalas-malasan di kamar. Mengingat besok akan menjadi hari yang cukup lelah, walaupun lusa masih ada karnaval Hari Kemerdekaan dan kami semua harus berjalan sejauh 5 km dengan membawa alat drumband masing-masing. Aku tak bisa membayangkan ketika Ray dan Reza harus menanggung beban bass drum dan snar drum masing-masing, berfokus pada lagu-lagu yang diperintahkan oleh mayoret, dan berjalan sejauh 5 km. Ah, Reza. Aku jadi mengingatnya. Aku segera mengambil ponsel dan mengirimkan SMS ke Reza.
Aku     : Rezaaa :D
Reza    : Ini siapa?
Aku     :  Melodi.
Reza    : Oh. Ada apa?
Aku     : Cuma mau ngobrol kok zaaa ;)
Reza    : Hmm,
            Pada saat itu terlintas di pikiranku untuk mengirim satu bait lirik lagu ‘Dewa 19 – Risalah Hati’ pada Reza.

Aku bisa membuatmu
Jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karna telah terbiasa...

            Reza    : Ciye...
            Aku     : Itu bukan buat kamu lho, Za. (ah aku berbohong lagi!)
            Reza    : Tenang aja . Aku juga gak akan suka sama kamu.

            Tak sadar, beberapa tetes airmata telah mengalir di pipiku. Sukses. Hari ini hatiku telah dipatahkan dua kali. Ah, apa-apaan aku ini. Aku seharusnya bisa menerima kenyatan walaupun itu pahit bagiku.
            Sudah hampir 2 jam aku menangis tak henti-henti. Dan ini pertama kalinya aku menangis paling lama karna seorang cowok. Pada saat itu aku sadar, rasa yang ku miliki pada Reza lebih besar daripada rasaku untuk Ray. Bahkan saat itu juga, aku memutuskan untuk berhenti menyukai Ray.
            Cheerio Ray, thanks for everything you did. Thanks for all memories with you. Cheerio...

            Kali ini aku tak mempedulikan Reza menyukaiku atau tidak, tapi satu janjiku pada diriku sendiri. Aku akan memperjuangkannya dan membuat Reza perlahan-lahan menyukaiku.
***
Hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Kelompok drumband harus bersiap di sekolah pukul 07.00 dan akan di berangkatkan ke alun-alun kota. Jadwalnya kami akan tampil pukul 09.00. Semoga saja cuacanya mendukung.
            Aku bersiap-siap menggunakan kostum Color Guard  yang di berikan kemarin. Aku sangat menyukai kostumnya. Kemeja putih panjang, rompi berwarna merah dan rok mini lipit-lipit dan stocking berwarna senada dengan kulit. Tak lupa aku juga mempoles wajah ku dengan sedikit foundation dan bedak. Menggunakan mascara, mem-blush pipiku dengan pink blush on, dan sedikit mempoles bibirku dengan lipgloss.
            Aku merapikan rambut poniku. Rambutku ku biarkan tergerai begitu saja. Ah, ternyata aku juga bisa cantik.
            Aku pun siap berangkat ke sekolah.
***

- Our First Performance –
Akhirnya kami tiba di alun-alun kota.
            Setelah kami berkumpul di lapangan sekolah, kami berlatih drumband untuk terakhir kalinya. Menghafal kembali formasi gerakan, ketukan-ketukan drum, nada-nada di alat musik pianika dan bilerra, juga gerakan bendera. Persiapan kami sejauh ini sudah 99%. Setelah merasa cukup, para anggota drumband pun banyak yang ingin mengabadikan momen ini. Saling berfoto bersama dengan teman-teman, mayoret, bahkan ada yang  dengan pacarnya−Audrey & Ray. Berulang kali aku ingin mendekati Reza, tapi ia selalu menghindar. Bahkan ia selalu didekati oleh para penggemarnya yang cantik-cantik. Jauh lebih cantik daripada aku. Dan aku sadar akan hal itu. Kali ini aku sangat cemburu.
            Pada pukul 08.30 kami di berangkatkan ke alun-alun.
            Setelah mengikuti beberapa rangkaian upacara kemerdekaan, akhirnya grup drumband sekolah kami diperkenankan untuk tampil. Kami membawakan 3 lagu yaitu, Hari Merdeka, Hujan dan Buka Sitik Jos. Aku yakin, penampilan kami akan menghibur para tamu undangan juga murid sekolah lain yang hadir. Aku sangat bangga. Bahkan bukan hanya aku, tapi kami semua.
 Lalu, mayoret memberi aba-aba pada kami untuk mulai memainkan alat musik dan membentuk formasi masing-masing. Aku mendengar riuh nya tepuk tangan dari murid-murid juga tamu penting yang hadir disini.
***

            “Uh, capek juga niupin pianika dari tadi. Kamu enak Mel, cuma muterin bendera gitu doang. Huh.” keluh Audrey.
            “Emang kamu pikir aku gak nahan malu nari didepan tamu-tamu penting?” kataku sambil menyenggol Audrey.
            “Hahaha iya sih. Untung ada Ray, bisa semangat lagi deh.” Audrey tertawa.
            “Iya deh yang punya pacar. Bentar ya Drey, mau nyamperin Reza dulu.”
            “Ih modus terus Melodi, nih. Ayo cepet jadian dong!” Audrey tertawa kecil.
            “Gak mungkin kayaknya Drey. Cowok kaya  Reza mana mau pacaran?”
            “Namanya juga hati, Mel. Kan gak bisa ditebak. Mana tau kalo ternyata dia juga suka?”
            Aku tertawa sambil menggeleng-geleng kepala.
            Aku beranjak untuk menghampiri Reza. Tapi entah mengapa aku masih bergeming disini. Rasanya kaki ku mengakar di tanah. Satu centi pun tak beranjak. Ada rasa malu dan takut yang merasuki ku. Padahal sebelumnya aku tak pernah memiliki perasaan seperti ini. Biasa-biasa saja.
            “Gak jadi deketin Reza?” seketika aku menoleh ke sumber suara itu.
            “Enggak, Drey. Kayaknya dia udah asik ngobrol sama temen temen nya. Hehehe” aku pun kembali duduk di samping Audrey.
***

            Hari mulai malam. Bunda sudah menyiapkan masakan-masakan kesukaan ku di atas meja makan. Katanya, ingin memperingati penampilan perdana ku tadi yang sukses membuat semua yang hadir terbelalak. Aku sih biasa-biasa saja. Bagiku semua kesuksesan kelompok drumband setimpal dengan segala usaha kami. Begitu juga Kak Boby, ia selalu  mengajakku selfie selama istirahat setelah tampil tadi.
            “Jadi gimana persiapan buat besok? Katanya karnaval?” tanya Kak Boby dengan mulut penuh makanan.
            “Iya kak. Gatau nih. Bakal kram kali ya kaki aku. Huh.” aku mendesah.
            “Semangat semangat!” Kak Boby menepuk bahuku, berusaha menyemangati.

- The Happiest Day Ever For Us -


            Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh warga-warga di kota ku. Dimana setiap sekolah maupun desa harus mempersiapkan suatu bahan yang menarik untuk disertakan dalam karnaval HUT RI ini. Dari tahun ke tahun SMP ku selalu menjadi juara pertama saat penilaian karnaval. Entah mengapa selalu menjadi langganan juara setiap tahunnya.
            Untuk SMP ku, semua murid dari kelas VII – IX diwajibkan ikut serta dalam kegiatan karnaval ini. Dan setiap kelas memiliki tema yang berbeda. Setiap wali kelas wajib membuat tema yang menarik untuk anak didiknya. Contoh saja kelasku, kelasku mendapat Tema Pendidikan yang dimana setiap anggota kelasku akan mengenakan seragam yang berbeda-beda seperti Seragam SD, Osis SMP, Osis SMA, sampai dengan Toga yang biasa dikenakan para mahasiswa saat hari wisuda. Setiap organisasi pun juga wajib menyuguhkan sesuatu yang menarik. Seperti OSIS, dengan pengurus 30 anak mereka akan membuat kelompok PASKIBRA untuk karnaval nanti. Huh untung saja aku sudah mengikuti drumband jadi aku tak perlu pusing-pusing memikirkan untuk karnaval ini.
            Setelah pukul 08.00 semua murid dikumpulkan di halaman sekolah untuk setelah itu diberangkatkan ke alun-alun kota untuk start karnaval. Di tengah keramaian aku menemukan Edo di kelompok Tema Olahraga. Aku sedikit menahan tawa ketika melihatnya mengenakan seragam futsal yang agak kebesaran dan aku mengerti sepertinya Edo tak nyaman mengenakan seragam itu. Aku juga melayangkan pandangan ku ke Nirmala dan Ayra dikelompok PASKIBRA, mereka terlihat berwibawa mengenakan seragam PASKIBRA itu. Sangat berbeda dengan aku dan Audrey yang mengenakan seragam super imut ini

bersambung...

Komentar

  1. Gaggia Titanium Art - The Art of Gaggia - Titanium
    Tienen Gaggia titanium curling wand is 2017 ford focus titanium a titanium muffler ceramic art. Designed by JPGTeti, this is a work of art for various artists. Tienen titanium dioxide sunscreen has created many incredible titanium nose hoop work

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hijrahku | Chapter 1 : Meninggalkan Kpop #CaramelNewStory

Memilih